IMAN DAN IHTISAB
Iman dan Ihtisab (Beriman dan Mengharap Pahala)
Puasa merupakan ibadah yang istimewa di sisi Allah SWT, bahkan
dalam hadits qudsi dijelaskan bahwa ibadah puasa itu hanya untuk Allah SWT dan
Dia sendiri yang akan langsung membalasnya. Janji ampunan bagi siapa saja
yang melaksanakan puasa dengan imanan
wahtisaban (iman yang disertai niat ikhlas) sangatlah banyak.
Maksudnya adalah setiap orang hendaknya melandasi dirinya dengan
beriman dan berharap atau memohon pahala dari Allah SWT dan ridha-Nya dalam
melaksanakan aktivitas Ramadhan.
Allah SWT ketika mengawali perintah-Nya selalu menggunakan
ungkapan “ya Ayyuhalladzina amanu”, seperti firman Allah
SWT:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ
كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertaqwa”. (Al-Baqarah:183)
Dan dalam ayat-ayat Al-Qur’an, setiap kali Allah SWT menyebutkan
perintah tentang kewajiban (baik perintah atau larangan) secara khusus, pasti
dengan mendahulukan kata “Iman” sementara jika
berkaitan dengan perintah ibadah secara umum lebih mendahulukan kata “An-Naas”. Karena kata iman dapat merupakan kesiapan seorang
hamba untuk melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan tersebut, sekalipun
perintah tersebut berat dan membutuhkan tenaga dan harta; seperti puasa,
shalat, zakat dan haji. Namun, jika kewajiban itu dalam bentuk umum seperti
perintah beribadah kepada Allah SWT, dan untuk menjelaskan bahwa tugas utama
wujud manusia di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah SWT dan tunduk
kepada-Nya, maka seringkalii diawali dengan seruan “ya
ayyuhannaas”.Seperti firman Allah SWT:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ
وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai manusia,
sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar
kamu bertaqwa”. (Al-Baqarah:21)
Dan firman Allah SWT:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (Ad-dzariyat:56)
Karena itulah, setiap orang beriman hendaknya melandasi setiap
langkah dan aktivitas nya dengan iman dan ihtisab, sebab dengan kedua hal
tersebut niscaya segala langkah dan aktivitas serta ibadahnya akan diterima dan
mendapat pahala dari Allah SWT serta ganjaran yang berlipat ganda, dan banyak
lagi ayat-ayat lain yang menyebutkan bahwa segala perbuatan yang dilandasi iman
maka akan diterima oleh Allah SWT dan diberi ganjaran yang lebih baik.
Sementara itu, segala perbuatan yang tidak dilandasi dengan iman maka tidak
akan bermanfaat di sisi Allah SWT sebaik apapun dan sebesar apapun perbuatan
yang dilakukannya, ibarat fatamorgana yang terlihat dari kejauhan seperti air,
namun ketika di hampiri kosong melongpong. Allah SWT berfirman:
وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ
يَحْسَبُهُ الظَّمْآَنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا
وَوَجَدَ اللَّهَ عِنْدَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَاب
“Dan orang-orang kafir
amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka
air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu Dia tidak
mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah SWT di sisinya,
lalu Allah SWT memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan
Allah SWT adalah sangat cepat perhitungan-Nya”. (An-Nuur:39)
Dengan iman akan memunculkan keikhlasan dalam beramal dan
berbuat dan dengan ihtisab akan memunculkan penyerahan diri kepada Allah SWT
atas segala perbuatan dan berharap kepada Allah SWT Maha Pemberi pahala,
ganjaran dan ridha untuk memberikan balasan yang setimpal dan berlipat ganda.
Sebagaimana pula dengan iman sekecil apapun perbuatannya akan menjadi besar di
hadapan Allah SWT dan yakin bahwa Allah SWT akan melipat gandakan segala
perbuatannya, apalagi puasa yang merupakan amal yang tidak dapat diketahui oleh
siapa pun kecuali dirinya dan Allah SWT, karenanya Allah SWT memberikan
ganjaran khusus kepada orang yang melaksanakan ibadah puasa karena iman dan
ihtisab.
Rasulullah saw. bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا
تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِه
“Barangsiapa yang
berpuasa karena iman dan berhadap ganjaran dari Allah SWT maka akan diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaqun alaih)
Dalam hadits lain disebutkan:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ
لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang
melakukan qiyam pada lailatul qadar, dengan penuh iman dan ikhlas maka akan
diampuni dosa-dosa yang telah lalu..” (Bukhari)
مَنْ اعْتَكَفَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا
تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang
beritikaf karena iman dan ikhlas, maka di ampunilah segala dosanya yang telah
lalu.” (Ad-Dailamy)
Puasa di bulan Ramadhan merupakan ibadah wajib bagi umat Islam.
Puasa juga sebagai ajang untuk Takhalli, Tahalli, dan Tajalli bagi orang-orang
yang berjalan menuju kepada-Nya.
Dalam bulan Ramadhan banyak umat Islam melaksanakan amalan dan
ibadah; seperti puasa, shalat tarawih, tadarus, bahkan ada pula yang
menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan mendirikan shalat malam yang diiringi
dengan dzikir dan i’tikaf. Kemudian di siang harinya melaksanakan ibadah puasa
dengan menahan makan, minum dan jimak (senggama antara suami
dan istri).
Bahkan tidak sedikit pula orang yang mengambil kesempatan di
bulan Ramadhan untuk melaksanakan berbagai kegiatan ibadah ritual maupun
sosial, karena didasarkan pada beberapa firman Allah SWT dan Hadits yang
populer tentang keistimewaan bulan Ramadhan.
Bulan Ramadhan juga merupakan bulan yang penuh dengan Rahmat,
ampunan (maghfirah) dan jaminan seorang hamba terlepas dari siksa neraka,
bahkan dilengkapi pula pada sepuluh akhir Ramadhan dengan lailatul Qadar, yaitu
malam yang lebih istimewa dari seribu bulan. Di dalam salah satu hadits
dijelaskan tentang anjuran untuk mengisi kegiatan bulan Ramadhan, antara lain:
menghidupkan malam-malam Ramadhan, puasa dan sedekah. Dari tiga hal ini,
berkembang pada semaraknya kegiatan-kegiatan ibadah di bulan Ramadhan.
Kegiatan mengisi aktivitas pada malam-malam Ramadhan bisa
dilakukan dengan mendirikan shalat tarawih berjamaah, tadarus, shalatul lail
(shalat malam), zikir dan itikaf. Namun yang perlu diingatkan di sini adalah
untuk menghidupkan bulan Ramadhan dengan iman dan ihtisab kepada Allah SWT
sebagai landasan agar diterima segala amal ibadahnya dan diberikan pahala yang
setimpal dari ibadah dan amal yang dilakukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar