Suami menjadi kepala rumah tangga, meski demikian tak selamanya seorang suami mempunyai power alias menguasai istrinya. Yang ada adalah seorang suami itu MELINDUNGI istrinya. Namun dalam perjalanannya bentuk perlindungan suami yang mungkin dianggap terlalu oleh istri sehingga maksud dari suami ingin melindungi menjadi arti lain yaitu menguasai.
Saya pikir setiap suami akan berbuat untuk menyenangkan hati istrinya, akan tetapi yang perlu diketahuai oleh suami adalah istri itu seorang wanita yang diibaratkan dengan tulang iga, Ketika terlalu keras dalam meluruskannya maka akan patah sebaliknya jika lembek maka tulang itupun akan bengkok. Maka dibutuhkan kehati-hatian yang ekstra dalam membimbing istri. Kuncinya" SATE" ( SABAR dan TELATEN )
Saya pikir setiap suami akan berbuat untuk menyenangkan hati istrinya, akan tetapi yang perlu diketahuai oleh suami adalah istri itu seorang wanita yang diibaratkan dengan tulang iga, Ketika terlalu keras dalam meluruskannya maka akan patah sebaliknya jika lembek maka tulang itupun akan bengkok. Maka dibutuhkan kehati-hatian yang ekstra dalam membimbing istri. Kuncinya" SATE" ( SABAR dan TELATEN )
Banyak-banyaklah wahai para suami memberi SATE kepada istrinya......
Dalam sebuah ceramahnya pernah seorang ustadz menyampaikan pengalamannya. Ketika pulang dari berceramah beliau dikasih bawaan ( cangkingan ), nah sesampainya dirumah apa yang terjadi...betapa senangnya ketika seorang suami pulang kerumah dengan membawa sesuatu. Sang suamipun ikut senang melihat istrinya senang.
Di lain hari seorang ustadz itu diundang lagi untuk berceramah. Akan tetapi kali ini beliau tidak dikasih cangkingan seperti hari kemaren. Di tengah perjalanan ustadz tadi mampir ke sebuah toko buah untuk membelikan buah pada istrinya. Tiada maksud hanya untuk memnyenangkan hati istri tercintanya. Tapi apa yang terjadi,. oh...ternyata buah yang sudah dibeli suami itupun mendapat tanggapan yang kurang sedap. Istrinya bertanya,...Bi berapa sich abi beli buah ini......? suaminya menjawab sepuluh ribu....mang kenapa mi ....ehmm pantesan rasanya gak manis. Dengan perasaan kecewa tapi dupendam ustadz tadi bilang ya mi...besok abi beli lagi tak belikan yang manis. Tutur suami menenangkan istrinya.
Nah, pada hari berikutnya ustadz mendapat panggilan untuk berceramah lagi, dan ternyata hari inipun sama dengan hari yang kedua tadi, sehingga ustadz tadi harus membeli lagi buah untuk istrinya yang sedang menunggu dirumah. kali ini ustadz membeli dengan harga yang sangat mahal dan buahnya termasuk yang istimewa. Kira-kira apa yang terjadi setelah sampai dirumah. Sang Istri terkejut sebentar setelah merasakan manisnya buah yang dibelikan suaminya. Baru kemudian bertanya Bi....berapa harga buah ini ? Ada apa mi...umi gak suka ya...? bukan itu maksud umi...bi...Lalu kenapa ? he he rasanya kok lain dari yang kemaren.... Ya iyalah Mi....tu buah harganya tiga kali lipat yang kemaren. Ooh.... panteesan. Abi...banyak mengeluarkan uang hanya untuk buah ini ya....terus untuk kebutuhan yang lainnya pasti berkurang donk...?
Begitulah sob, sekilas kisah dari pengalaman ustadz tadi. Apa yang anda peroleh dari kisah tersebut silahkan simak betul-betul. Kalo kebetulan anda sebagai seorang suami (seperti ustadz ) tadi apa yang anda lakukan, jika anda pembaca perempuan bagaimana sikap anda kepada suami anda ?
Ditunggu komennya!!!!
begitu merepotkan dan membingungkan wanita itu, ya maka kalau suami tidak sabar apa jadinya keluarga?
BalasHapussemoga saja Allah memberikan kesabaran dan ketalatenan pada semua suami ya bu
BalasHapuskalo saya bisanya yya hanya bersabar
BalasHapuskalo bisa ditambah telaten nya mas , insya Allah bisa
Hapus