DI MADU KOQ TETAP BAIK YA…
Madu….yach barang yang tidak asing bagi kita semua,
karena setiap saat kita temui barang itu, Madu rasanya manis banyak orang yang
suka, banyak khasiat yang terkandug di dalamanya. Akan tetapi tahukah sob jika
di depan kata madu ditambahi dengan awalan Di ? Mungkin saja banyak para kaum
hawa akan melakukan protes yang sangat keras karena tidak ingin di madu, kalaupun
ada yang mau itu jumlahnya sangat sangat sedikit sekali.
Madu, sekali lagi memang manis rasanya akan tetapi
kalau dimadu rasa manis itu akan berubah rasanya….Tolong diincipi yach
bagaimana rasanya ? wow…sedapkan?
Jarang kita jumpai wanita yang mau dimadu,…entahlah
kalau ditempat sahabat blogger semua mungkin bisa bercerita disini. Akan tetapi
ada sebuah cerita yang sungguh mengejutkan bagi saya terutama ku jaga gak
ngerti pendapat sahabat semua yang jelas saya hanya ingin berbagi cerita yang
pernah saya baca, mungkin sahabat semua sudah baca cerita ini ada juga yang
belum. aBagi yang sudah mudah mudahan menjadikan lebih mantap lagi dan bagi
yang belum selamat baca cerita ini. kalau mau komen ntar dulu setelah cbacanya
selesai yach…
Abdullah bin syekh Hasan Al Jibrati menikah dengan
Fatimah binti Ramadhan Jalabi. Fatimah ini figure isteri yang baik dan
berbakti. Diantara kebaikannya, ia biasa membelikan suaminya pakaian yang bagus
bagus dengan uangnya sendiri, demikian pula untuk membelikan pakaian serta
perhiasannya sendiri.
Ia tidak pernah meminta uang kepada suami, atau
menggunakan uang belanja keluarga. Begitu baiknya, sampai-sampai ia diam saja
dan tidak merasa cemburu melihat suaminya suka membeli budak perempuan.
Kesetiaannya tidak menjadi luntur; sama sekali tidak terpengaruh. Atas semua
itu ia berharap beroleh balasan pahala yang berlipat ganda dari Allah.
Pada tahun 1156 , Abdullah pergi haji. Di Mekkah ia
berkenalan dengan orang bernama Umar Al Halbi. Ia dipesan untuk membeli seorang
budak perempuan berkulit putih, masih perawan. dan bertubuh langsing. Pulang
dari ibadah haji, ia mencari budak perempuan dengan cirri-ciri tersebut, dan
cukup lama ia baru mendapatkannya.
Abdullah memperkenalkan budak perempuan yang baru
dibelinya itu kepada isterinya. tetapi sang istri sama sekali tidak
tersinggung. Ia bahkan menganggapnya sebagai putrinya sendiri. Lama kelamaan
keduanya saling mencintai, dan tidak mau berpisah selamanya.
“Jadi bagaimana ini?” Tanya Abdullah kepada istrinya.
“Begini saja,”jawab istrinya. Aku ganti uangnya, lalu
kamu belikan budak yang lain.”
“Baiklah,” kata Abdullah setuju.
Oleh Fatimah, budak perempuan yang baru dibelinya itu
dimerdekakan, dan dinikahkan dengan suaminya. Bahkan ia menyediakan kamar
tersendiri untuk madunya tersebut
Pada tahun 1165 Abdullah memboyong istri keduanya ini
kerumah sendiri. Tetapi istri pertama tetap merasa berat untuk berpisah barang
sesaatpun, meski ia telah memiliki beberapa orang anak.
Pada tahun 1182 istri kedua sakit, lalu disusul oelh
istri pertama. Kian lama sakit keduanya semakin parah. Tengah hari, istri kedua
memaksakan diri bangun dari pembaringan. Ia menangis melihat istri pertama
dalam keadaan pingsan. Ia berdoa, “Ya Allah, jika Engkau takdirkan ia
meninggal, jangan ia mendahuluiku.”
Benar..malamnya, istri kedua meninggal dunia. Ia
disemayamkan di samping isteri pertama. Saat menjelang subuh, ia siuman, sambil
meraba-raba ia membangunkan madunya. Namun, ia menjadi lunglai ketika
diberitahu bahwa madunya sudah meninggal. Ia menangis melolong-lolong hingga
tengah hari. Setelah ikut menyaksikan madunya dimandikan, ia pun kembali ke
pembaringannya. Petang hari ia meninggal dunia, dan jenazahnya dimakamkan pada
hari berikutnya.
Benar...
Malamnya, isteri kedua itu meninggal dunia. Ia disemayamkan di samping isteri
pertama.
Saat menjelang subuh, ia siuman. Sambil meraba-raba ia membangunkan madunya.
Namun, ia
menjadi lunglai ketika diberitahu bahwa madunya sudah meninggal. Ia menangis
melolong-lolong
hingga tengah hari. Setelah ikut menyaksikan madunya dimandikan, ia pun
kembali ke
pembaringannya. Petang hari ia meninggal dunia, dan jenazahnya dimakamkan
Sumber:
'Aja'ib al Atsar, al Jibrati
Al-Islam -
Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Nah,..sudah selesai baca kan, silakan kalau mau komen…,ada gak ya zaman sekarang wanita yang seperti itu?
mentalitas masyarakat di masa lalu ternyata lebih mengesankan ya daripada pada umumnya masyrakat di masa sekarang. coba aja, istilah madu sekarang, pasti dianggap hina kan..
BalasHapussekarang pun saya kira masih ada mas, tapi sulit untuk ditemukan
Hapusiya. mumgkin masih ada sih Mas. dan butuh kedewasaan yang hebat.
Hapusbetul sekali, butuh kedewasaan yang hebat
HapusHmm... meskipun saya belum berkeluarga, tapi sepertinya sih berat ya untuk berbagi... :)
BalasHapusiya, umumnya selalu begitu paasti
Hapusbetul sekali kakaakin tidak semua kuat untuk berbagi
Hapusالسلم عليكم ورحمة الله
BalasHapusSubhanallah, mulia akhlak isterinya.
Ana punya seorang kawan (ustaz), isterinya melamar seorang wanita untuk jadi isteri kedua suaminya.
Subhanallah mulia betul istri teman ustad tersebut, kok mirip denagn kisah ini ya tadz
Hapuskira-kira yang di rumah aku carikan madu mau gak ya
BalasHapusyang di rumah sudah sering di Madurasah bu...jadi gak usah dicarikan madu lagi
BalasHapusBisa sampai seharmonis itu karena keadilan diterapkan ya Pak Narno ya. Tapi saya masih belum bisa setuju poligami yang dilakukan kebanyakan orang sekarang..
BalasHapusbetu sekali mas dan, intinya di keadilan , akan tetapi sulit dan berat untuk menjadi adil
BalasHapus