HAKIKAT
KEBAHAGIAAN RUMAH TANGGA
Salah besar kalau ada orang yang menyangka
bahwa kebahagiaan rumah tangga akan terwujud manakala terpenuhi kebutuhan
materi, seperti banyaknya harta, rumah tinggal yang bagus, peralatan
mewah,mobil yang mahal, aneka ragam pakaian, unsure-unsur kemewahan dan
pemenuhan syahwat serta hal-hal yang lain. Tidaklah berlebihan kalau kita
katakana bahwa banyak gadis yang saat ini dikuasai presepsi semacam ini sebagai
tolok ukur kebahagiaan membangun rumah tangga. Impian berbunga yang memenuhi benak mereka adalah
presepsi materialistis ini.
Satu hal yang harus diketahui pemuda
pemudi Islam adalah bahwa kebahagiaan embangun rumah tangga yang sesungguhnya
tidak akan terealisir karena materi yang murah dan tidak abadi ini. Berapa
banyak kita jumpai mereka yang hidup dalam rumah tangga, istana, dikelilingi
para dayang dan pelayan, namun mereka tidak pernah menikmati kehidupan rumah
tangga yang sesungguhnya. Sementara kita sering menjumpai kebahagiaan rumah
tangga, justru terwujud oleh pasangan suami istri yang hidup di gubuk kecil.
Kebahagiaan itu muncul dari dalam jiwa dan
bukan dari luar. Kebahagiaan itu karena taqwa kepada Allah, Karena Dia akan
member kebahagiaan kepada orang yang bertaqwa. Benarlah seorang penyair ketika
berkata,
“Tidaklah kutahu kebahagiaan itu dari pengumpulan harta, akan tetapi yang
bertaqwa, dialah yang bahagia”
Tatkala taqwa mewarnai suami-istri,maka
maka akan terealisir kebahagiaan berumah tangga yang sesunngguhnya. Yang
dimaksud taqwa kepada Allah, pertama adalah mroqobatullah,kemudian
berusaha mencari apa yang di-ridhai-Nya dan menjauhi apa yang dibenci-Nya serta
beriltizam kepada setiap taujih kerumahtanggaan yang tertera pada Al-Qur’an dan
As-sunah, baik dalam hal kehidupan suami-istri, maupun kewajiban yang harus
dilaksanakan dan hak-hakyang harus ditunaikan oleh keduanya. Tak diragukan lagi
kalau di dalamnya terdapat kebahagiaan dan kebaikan, karena pengarahan itu
datang dari Allah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui serta Maha Pengasih
dan Penyayang terhadap hamba-hamba-Nya. Demikian lalu bimbingan dari Rasulullah
SAW, yang beliau tidak berucap dari hawa nafsunya. Beliau mengasihi dan
menyayangi kaum mu’minin, memperhatikan apa saja yang menimpa mereka serta
sangat memgharapkan kebaikan pada diri mereka.
Dengan adanya taqwa pada diri
suami-istri, akan muncul pula rasa
saling percaya di antara keduanya. Sang suami tentram hatinya dan merasakana
bahwa istrinya itu hanyalah berbakti kepadanya. Sang istripun merasakan hal
serupa. Tidak ada alasan untuk ragu-ragu, berprasangka macam-macam yang
berakibat bisa mengotori kesucian kehidupan rumah tangga dan tentunya akan
merusak kebahagian dan kasih saying.
Dengan taqwa akan terwujud sakinah,
mawaddah, dan rahmah sesuai firman Allah:
“ô`ÏBur ÿ¾ÏmÏG»t#uä ÷br& t,n=y{ /ä3s9 ô`ÏiB öNä3Å¡àÿRr& %[`ºurør& (#þqãZä3ó¡tFÏj9 $ygøs9Î) @yèy_ur Nà6uZ÷t/ Zo¨uq¨B ºpyJômuur 4 ¨bÎ) Îû y7Ï9ºs ;M»tUy 5Qöqs)Ïj9 tbrã©3xÿtGt ÇËÊÈ
“Dan di
antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”
Seorang muslim (suami) yang bertaqwa
kepada Allah akan memandang pernikahan itu sebagai bentuk ibadah yang bisa
mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan kewajiban terhadap istri,
rumah, dan anak-anak, sebaik-baiknya. Demikian pula seorang muslimah (istri)
yang bertaqwa kepada Allah akan memandang pernikahan sebagai ibadah. Iapun akan
berusaha untuk memperoleh ridha-Nya dengan melaksanakan kewajiban terhadap
suami, rumah, dan anak-anaknya. Rumah semacam ini akan dianugrahi sakinah,
mawaddah, rahmah, dan sa’adah(kebahagiaan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar