SIAP BERKORBAN
Ciri
yang keempat bagi mereka yang jatuh cinta adalah sikap mau berkorban. Kalau
kamu suka sama sesuatu atau seseorang, kamu biasanya juga akan terdorong untuk
memiliki sikap siap berkorban ini. Misalnya kamu demen banget sama boys band ,
walau kamu harus berkorban ngeluarin duit banyak, perjalanan jauh,
desak-desakan, dan lain sebagainya tapi kamu tetap saja mau ke tempat konser
tadi.
Yah,
begitu itulah ciri-ciri cinta, ujung-ujungnya pengorbanan. Ada sebuah novel yang mengisahkan sang tokoh
yang rela berkorban apa saja bagi kekasihnya, sampai-sampai ia mengorbankan
tubuhnya untuk dipukuli sang pacar bahkan diludahi! Dan herannya sang tokoh itu
tetap cinta. Ah, kalau yang ini
bener-bener lemot, alias lemah otak! Kok mau-maunya dipukuli, diludahi
dan tetep cinta?!
Biasanya
dialog sepasang kekasih tentang pengorbanan seperti ini :
“ Aku ngerti
kamu suka jalan-jalan sama temen-temen, tapi kamu kan pacarku sekarang, maka
kamu harus berkorban untuk aku dong, masa sudah punya pacar masih saja jalan sama
temen?”
“Masa diminta
nganter saja nggak mau? Mana pengorbanannya? Katanya cinta?
“ Ayolah..,
cinta harus berkorban, kamu korbankan keperawananmu, aku korbankan
keperjakaanku.”
Waah...
kalau sudah yang terakhir itu, keduanya benar-benar sudah menjadi KORBAN hawa
nafsu.
Ini
beda banget dengan yang dilakukan para sahabat di zaman Rasulullah. Seorang cowok
keren dizamannya seperti Mush’ab bin Umair rela berkorban meninggalkan segala
kesenangan masa mudanya, meninggalkan kemewahan keluarganya bahkan meninggalkan
ibu yang sangat dicintainya untuk berkhidmat pada Islam.
Begini
kisahnya,
Mush’ab,
seorang remaja Qurays yang paling ganteng dan tampan, penuh semangat dan jiwa
kemudaan, lahir dan dibesarkan dalam kesenangan, dimanja, menjadi buah bibir
gadis-gadis Mekah, pakaian yang dipakainya senantiasa harum bagaikan taman yang
penuh bunga warna-warni dan menghamburkan bau yang wangi.
Ketampanan
dan kecerdasan adalah keistimewaan Mush’ab termasuk diantaranya ketika mendengar
berita tentang Rasulullah saw yang berkumpul di rumah Arqam bin Al Arqam, ia
ikut duduk dan mendengarkan untaian Al Quran dari mulut Rasulullah saw. Ketika kemudian
ia mendengar kemuliaan itu hampir saja anak muda itu terangkat dari tempat
duduknya karena bahagia dan haru. Kemudian tangan Rasulullah yang penuh berkat
dan kasih sayang untuk mengurut dada pemuda yang sedang bersemangat penuh
gejolak itu, hingga tiba-tiba menjadi sebuah lubuk hati yang tenang damai penuh
ilmu.
Sejak
Mus’ab menjadi salah satu barisan pemuda Islam, untuk itu ia harus memusuhi
Khunas binti Malik, ibunya sendiri! Bahkan diusir dari keluarganya yang berarti
meninggalkan kemewahan dan kesenangan yang selama ini membersamainya. Hingga pada
suatu hari, ia tampil di hadapan kaum muslimin yang sedang mengelilingi Nabi
SAW. Ketika Rasul melihat Mus’ab, beliau melihat mengenakan baju jubah usang
yang telah bertambal. Maka Rasul memandangnya dengan penuh cinta dan syukur
dalam hati, dibibirnya tersungging senyum seraya bersabda:
“ Dahulu saya
melihat Mush’ab ini tidak ada yang mengimbangi dalam memperoleh kesenangan dari
orang tuanya, kemudian ditinggalkannya semua itu demi cintanya kepada Allah dan
Rasul Nya.”
“dan diantara
manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridhoan Allah. Dan Allah
Maha Penyantun kepada hamba-hamba Nya.” ( Al Baqarah : 207)
aku paling malas berkorban pantasan sering di jauhi cewak
BalasHapusberkorban lah dijalan yang benar, insya Allah akan mendapat balasan Nya
BalasHapusasalkan dengan iklas hati sobat,
BalasHapusbetul sekali mas budi, tanpa keiklasan tiada berarti apa yang kita korbankan
BalasHapus