Ranking

Selasa, 31 Januari 2023

 

6 Langkah Iblis Menyesatkan Manusia


Langkah pertama: Diajak pada kekafiran, kesyirikan, serta memusuhi Allah dan Rasul-Nya

Inilah langkah pertama yang ditempuh oleh setan, barulah ketika itu ia beristirahat dari rasa capeknya. Setan akan terus menggoda manusia agar bisa terjerumus dalam dosa pertama ini. Jika telah berhasil, pasukan dan bala tentara iblis akan diangkat posisinya menjadi pengganti iblis.

Langkah kedua: Diajak pada perbuatan bid’ah

Jika langkah pertama tidak berhasil, manusia diajak pada perbuatan bid’ah. Perbuatan ini lebih disukai oleh iblis daripada dosa besar atau pun maksiat lainnya. Karena bahaya bid’ah itu:

(1) membahayakan agama seseorang,

(2) membahayakan orang lain, jadi ikut-ikutan berbuat sesuatu yang tidak ada tuntunan,

(3) orang yang berbuat bid’ah akan sulit sadar untuk taubat karena ia merasa amalannya selalu benar,

(4) bid’ah itu menyelisihi ajaran Rasul dan selalu mengajak untuk menyelisihi ajaran beliau.

Setan yang menggoda seperti ini pun juga akan diangkat sebagai pembantu iblis jika telah berhasil menyesatkan manusia dalam hal ini.

Langkah ketiga: Diajak pada dosa besar (al-kabair)

Kalau langkah kedua tidak berhasil, setan akan mengajak manusia untuk melakukan dosa besar, lebih-lebih jika ia adalah seorang alim (berilmu) dan diikuti orang banyak. Setan lebih semangat lagi menyesatkan alim semacam itu supaya membuat manusia menjauh darinya, maksiat semacam itu pun akan mudah tersebar, dan akan dirasa pula bahwa maksiat itu malah mendekatkan diri pada Allah.

Yang berhasil menyesatkan manusia dalam hal ini, dialah yang nanti akan menjadi pengganti iblis.

Langkah keempat: Diajak dalam dosa kecil (ash-shaghair)

Jika setan gagal menjerumuskan dalam dosa besar, setan akan mengajak pada dosa kecil. Dosa kecil ini juga berbahaya.

إياكم ومحقرات الذنوب كقوم نزلوا في بطن واد فجاء ذا بعود وجاء ذا بعود حتى انضجوا خبزتهم وإن محقرات الذنوب متى يؤخذ بها صاحبها تهلكه

Jauhilah oleh kalian dosa-dosa kecil. (Karena perumpamaan hal tersebut adalah) seperti satu kaum yang singgah di satu lembah, lalu datanglah seseorang demi seorang membawa kayu sehingga masaklah roti mereka dengan itu. Sesungguhnya dosa-dosa kecil itu ketika akan diambil pemiliknya, maka ia akan membinasakannya.” (HR. Ahmad, 5: 331, no. 22860. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

Maksud hadits, jika dosa kecil terus menumpuk dan tidak terhapus, maka itu akan membinasakan. Di sini tidak disebutkan dosa besar karena jarang terjadi di masa silam dan dosa besar memang benar-benar dijaga agar tidak terjerumus di dalamnya. Demikian dijelaskan oleh Al-Munawi.

Imam Al-Ghazali menyebutkan, dosa kecil lama-lama bisa menjadi besar karena: (1) menganggap remeh dosa kecil tersebut, (2) terus menerus dalam berbuat dosa. Karena ingatlah yang namanya dosa ketika seseorang menganggap itu begitu besar (berbahaya), menjadi kecil di sisi Allah. Sebaliknya, ketika dosa itu dianggap remeh, maka menjadi besar di sisi Allah. (Dinukil dari Faidh Al-Qadir, 3: 127)

Langkah kelima: Disibukkan dengan perkara mubah (yang sifatnya boleh, tidak ada pahala dan tidak ada sanksi di dalamnya)

Namun karena sibuk dengan yang mubah mengakibatkan luput dari pahala. Jika setan tidak mampu menggoda dalam tingkatan kelima ini, maka seorang hamba akan benar-benar tamak pada waktunya. Ia akan tahu bagaimanakah berharganya waktu. Ia pun tahu ada nikmat dan ada akibat jelek jika tidak menjaganya dengan baik.

Jika tidak mampu dalam langkah kelima, maka setan beralih pada langkah yang keenam.

Langkah keenam: Disibukkan dalam amalan yang kurang afdhal, padahal ada amalan yang lebih afdhal

Setan akan menggoda manusia supaya ia luput dari pahala amalan yang lebih utama dan ia terus tersibukkan dengan yang kurang afdhal.

Mengenal enam langkah ini seharusnya membuat kita bisa melakukan prioritas dalam beramal dan mencari manakah yang paling diridhai oleh Allah.

 

 SAWO ( SAyang Walaupun Orang lain membenci )

 

Seorang muslim hendaknya memiliki sifat kasih sayang dan menjahui perangai yang buruk yaitu sifat saling membenci diantara kaum muslimin,dan hendaknya ia senantiasa menumbuhkan sifat kasih sayang di segala aspek kehidupannya,Allah subhanahu wa ta’ala mensifati Nabi kita salallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya radhiallhu ‘anhum jami’an adalah orang memiliki sifat rahmah (kasih sayang).

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman

محَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاء بَيْنَهُمْ

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka (Q.S; Al Fath:48)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di Rahimahullah berkata mengenai ayat ini di dalam Tafsirnya (Taisirul Karimur Ar-Rahman. hal/761) :

“{رُحَمَاء بَيْنَهُمْ} Mereka adalah orang yang saling mencintai,saling berkasih sayang, saling berlemah lembut seakan-akan mereka satu tubuh ,mereka mencitai untuk saudara apa yang dia cintai untuk dirinya ,inilah mu’amalah mereka terhadap manusia.”

Keutamaan Sifat Penyayang

1. Disayang Oleh Allah Subhanahu wa ta’ala

Didalam beberapa hadist dijelaskan bahwasannya Allah tidak menyayangi bagi siapa yang tidak memiliki sifat penyayang,diantaranya hadist yang diriwayat Jarir bin Abdullah ia berkata:Rasulullah bersabda

مَنْ لَا يَرْحَمْ النَّاسَ لَا يَرْحَمْهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ

Barang siapa tidak menyayangi manusia, maka Allah tidak akan menyayanginya (HR.Muslim)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ :أَنَّ الْأَقْرَعَ بْنَ حَابِسٍ أَبْصَرَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُ الْحَسَنَ فَقَالَ إِنَّ لِي عَشْرَةً مِنْ الْوَلَدِ مَا قَبَّلْتُ وَاحِدًا مِنْهُمْ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (( إِنَّهُ مَنْ لَا يَرْحَمْ لَا يُرْحَمْ)) (رواه مسلم)

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu : ia berkata:Bahwa Aqra’ bin Habis pernah melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang mencium Hasan. Dia (Aqra’ bin Habis) lalu berkata: Sesungguhnya aku mempunyai sepuluh orang anak namun aku tidak pernah mencium satupun dari mereka. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya barang siapa yang tidak menyayangi maka dia tidak akan disayangi “(HR.Muslim)

Dari Ayat dan hadist diatas memberikan faidah penting kepada kita agar memiliki sifat penyayang dan menjauhi sifat permusuhan dan saling membenci.

Maka hendaknya seseorang muslim menumbuhkan sifat penyayang tersebut di dalam kehidupannya,adapun terhadap kafir kita dianjurkan bersikap tegas dan keras terhadap mereka.

2. Diampuni Dosanya

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu : ia berkata:

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ امْرَأَةً بَغِيًّا رَأَتْ كَلْبًا فِي يَوْمٍ حَارٍّ يُطِيفُ بِبِئْرٍ قَدْ أَدْلَعَ لِسَانَهُ مِنْ الْعَطَشِ فَنَزَعَتْ لَهُ بِمُوقِهَا فَغُفِرَ لَه ( رواه مسلم)

Dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa pada suatu hari yang sangat panas seorang wanita pelacur melihat seekor anjing sedang mengelilingi sebuah sumur sambil menjulurkan lidahnya karena kehausan. Ia kemudian melepas sepatu kulitnya (untuk mengambil air sumur yang akan diminumkan kepada anjing), lalu wanita itu diampuni dosanya (HR.Muslim)

Ancaman Bagi yang tidak memilki Sifat Penyayang

Diancam Neraka

Di dalam satu hadist disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa ada Seorang wanita disiksa karena mengurung seekor kucing sampai mati. Kemudian wanita itu masuk neraka.

Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu : ia berkata:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ((عُذِّبَتْ امْرَأَةٌ فِي هِرَّةٍ سَجَنَتْهَا حَتَّى مَاتَتْ فَدَخَلَتْ فِيهَا النَّارَ لَا هِيَ أَطْعَمَتْهَا وَسَقَتْهَا إِذْ حَبَسَتْهَا وَلَا هِيَ تَرَكَتْهَا تَأْكُلُ مِنْ خَشَاشِ الْأَرْضِ)). ( رواه مسلم)

Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Seorang wanita disiksa karena mengurung seekor kucing sampai mati. Kemudian wanita itu masuk neraka karenanya, yaitu karena ketika mengurungnya ia tidak memberinya makan dan tidak pula memberinya minum sebagaimana ia tidak juga melepasnya mencari makan dari serangga-serangga tanah (HR.Muslim)

Didalam hadist ini ada beberapa pelajaran penting ,di antaranya :

Dilarang membunuh kucing

Dilarangnya mungurungnya tanpa memberi makan dan minum

Wanita tersebut disiksa dan di masukkan kedalam Neraka karena perbuatanya tersebut.

Dalam pembahasan ini kita melihat bagaimana akhlaq seorang muslim bermuamalah antara satu muslim dengan muslim yang lain yaitu dengan bersifat saling menyayangi dan mengasihi.

Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :

“Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara…” (Q.S; Al-Hujurat :10).

Oleh sebab itu orang –orang yang beriman mereka adalah saudara seagama dan seaqidah, walaupun mereka berbeda nasab ( keturunan) bangsa dan Negara ataupun zaman akan tetapi mereka adalah tetap saudara seiman.

Allah subhanahu wata’ala juga berfirman

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka adalah menjadi penolong bagi sebahagian yang lain.” (Q.S; At-Taubah :71).

Sampai-sampai Rasulullah bersabda dalam suatu hadist bahwa seorang muslim turut merasakan sakit ketika saudaranya mendapat musibah ataupun penderitaan

Nabi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَثَلُ الْمُسْلِمِيْنَ فِيْ تَوَادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ كَالْجَسَدِ الْوَاحِدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالْحُمَّى وَالسَّهَرِ

“Perumpamaan kaum muslimin di dalam kasih sanyangnya, belas kasihnya dan sayang-menyayanginya bagaikan satu tubuh, apabila satu bagian tubuh merasa sakit (menderita) maka seluruh tubuh menjadi demam dan tidak bisa tidur karenanya.”(HR.Bukhari dan Muslim)

Nabi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :

اَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضَهُ بَعْضًا

“Seorang mukmin yang satu dengan mukmin yang lainnya bagaikan bangunan yang kuat, menguatkan sebagian yang satu atas sebahagian yang lainnya.” (HR.Bukhari dan Muslim )

عن أنس بن مالك رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: لاَ تَبَاغَضُوا وَلاَ تَحَاسَدُوا وَلاَ تَدَابَرُوا وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَاناً وَلاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثٍ

Artinya :

Dari Anas bin Malik t bahwasanya Rasulullah e bersabda: “ Janganlah kalian saling membenci, saling hasad (dengki), saling membelakangi. Dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak dihalalkan bagi seorang muslim menjauhi saudaranya lebih dari tiga hari” (Muttafaq Alaih – Shohih Bukhori Hadits no : 5840)[1]

Allah ta’ala mengabarkan bahwa orang-orang mukmin bahwa mereka adalah saudara seagama, sebagai saudara mereka menjalin hubungan saling menyayangi dan saling mengunjungi.

إِنَّمَا يُرِيدُ ٱلشَّيْطَٰنُ أَن يُوقِعَ بَيْنَكُمُ ٱلْعَدَٰوَةَ وَٱلْبَغْضَآءَ فِى ٱلْخَمْرِ وَٱلْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَن ذِكْرِ ٱللَّهِ وَعَنِ ٱلصَّلَوٰةِ ۖ فَهَلْ أَنتُم مُّنتَهُونَ

Artinya :

Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan hal itu). (Q.S Al-Maidah : 91)

Allah mengharamkan sesuatu yang menjadi penyebab permusuhan dan kebencian antar sesama orang-orang beriman.

Asbabul Wurud Hadits

Hijrahnya Rasulullah Saw dan para sahabatnya ke kota Madinah membawa perubahan besar, menghentakkan perhatian dunia, menggoncang altar sejarah umat manusia. Perubahan drastis terjadi, arus perubahan itu pada utamanya terletak dalam semangat saling tolong menolong, meniupkan angin persatuan, keadilan, membungkam suara perpecahan, fanatisme etnis, suku, dan ras, semuanya bersatu di bawah bendera Laa Ilaaha Illallah Muhammad Rasulullah.

Rasulullah saw menegakkan masyarakat Islam atas dasar persaudaraan yang kokoh dan kuat. Karenanya kaum muslimin itu bersaudara. Dalam Islam, persaudaraan tidak mengenal batas-batas teritorial, geografis, suku, etnis, ras, maupun warna kulit. Persaudaraan dalam Islam senantiasa mengikat dan mempersatukan tujuan serta memperkuat barisan, mengajak kepada kerjasama, gotong royong, bahu membahu atas dasar kebaikan dan kasih sayang.




Senin, 30 Januari 2023

 

5 TANDA ALLAH SWT MENCINTAI HAMBA MUSLIM




Allah SWT memiliki sifat Al-Mahabbah (cinta), yakni Allah mencintai hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Namun, cinta-Nya tidak seperti cintanya makhluk dan cinta Allah itu telah dibuktikan di dalam kitab dan hadits.

Setiap umat Muslim tentu mengharapkan keridhaan serta kasih sayang dari Allah. Karena, sejatinya tidak ada kebahagiaan yang dicari setiap hamba selain dicintai Sang Pencipta-Nya.  Tanda-tanda cinta Allah kepada seorang hamba setidaknya ada lima yaitu sebagai berikut.

Pertama, yaitu diterima di bumi

Saat dicinta Allah SWT, maka seorang hamba akan mendapatkan penerimaan di muka bumi ini. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

إذا أحبَّ الله العبدَ نادى جبريل: إن الله يحبُّ فلانًا فأحبِبْه، فيحبه جبريل، فينادي جبريل في أهل السماء: إن الله يحب فلانًا فأحِبُّوه، فيحبه أهل السماء، ثم يوضع له القبول في الأرض

 “Apabila Allah mencintai seorang hamba maka Dia menyuruh Jibril. Sesungguhnya Allah mencintai Fulan maka cintailah dia, maka Jibril pun mencintainya. Lalu     Jibril menyeru penduduk langit, ”Sesungguhnya Allah mencintai si fulan maka cintailah dia, maka penduduk langit pun mencintainya, kemudian menjadi orang yang diterima di muka bumi.” (HR Al Bukhari).

Kedua, diberikan pemahaman dan pengamalan agama

Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Allah akan memberikan agama kepadanya. Sehingga, dia pun akan mudah melakukan perbuatan baik dan jauh dari perbuatan dosa. Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُعْطِي الدُّنْيَا مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لَا يُحِبُّ وَلَا يُعْطِي الدِّينَ إِلَّا لِمَنْ أَحَبَّ فَمَنْ أَعْطَاهُ اللَّهُ الدِّينَ فَقَدْ أَحَبَّهُ

”Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memberikan dunia kepada orang yang dicintai dan kepada yang tidak dicintai, namun tidak memberikan agama kecuali kepada orang yang dicintai-Nya. Maka, barangsiapa yang Allah berikan agama, berarti Allah mencintainya.” (HR  Ahmad).

Allah akan mengisi lidah orang yang dicintainya dengan dzikir dan mengisi anggota tubuhnya dengan ketaatan, menghiburnya, serta menghindarkan dari kelalaian. Dengan demikian, hamba yang dicintainya tersebut akan selalu terhubung dengan Allah.

Ketiga, memenuhi segala permintaannya

Jika Allah sudah mencintai hamba-Nya, maka Allah akan memenuhi semua permintaannya dan akan melindunginya. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيَّاً فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالحَرْبِ. وَمَا تَقَرَّبَ إِلِيَّ عَبْدِيْ بِشَيءٍ أَحَبَّ إِلِيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ. ولايَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِيْ يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِيْ بِهَا. وَلَئِنْ سَأَلَنِيْ لأُعطِيَنَّهُ، وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِيْ لأُعِيْذَنَّهُ

“Sesungguhnya Allah berfirman: Barangsiapa yang  memusuhi wali- Ku, sungguh Aku mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah Hamba-Ku mendekat kepada- Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dari pada hal-hal yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan Ibadah-Ibadah Sunnah hingga Aku mencintainya.

Jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang dia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang dia gunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepada-Ku, Aku pasti memberinya. Dan jika dia meminta perlindungan kepada-Ku, Aku pasti melindunginya.” (HR Al Bukhari).

Keempat, memberikan cobaan untuk menyucikannya dari dosa dan perbuatan buruk.

Jika Allah mencintai hambanya, maka Allah akan memberikan cobaan atau ujian kepadanya. Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda:

إن عِظَم الجزاء مع عظم البلاء، وإن الله تعالى إذا أحَبَّ قومًا ابتلاهم، فمَن رضي فله الرضا، ومَن سخِط فله السخط

 “Sesungguhnya besarnya balasan disertai besarnya bala, dan apabila Allah SWT mencintai suatu kaum Dia memberi cobaan kepada mereka. Maka siapa yang ridha maka baginya ridha dan siapa yang marah maka baginya kemarahan.” ( HR Bukhari)

Kelima, dibukakan pintu amal saleh sebelum meninggal

إذا أراد الله بعبدٍ خيرًا، استعمله قبل موته، فسأل رجلٌ من القوم: ما استعمله؟ قال: يهديه الله تبارك وتعالى إلى العمل الصالح قبل موته، ثم يقبضه عليه

Artinya: “Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada seorang hamba, Allah akan jadikan dia beramal, lalu dikatakan: apakah maksud dijadikan beramal itu? Beliau bersabda, “Allah bukakan untuknya amalan saleh sebelum meninggalnya, sehingga orang-orang yang berada di sekitarnya ridha kepadanya.” (HR Ahmad dan Al Hakim).

 

 

 

MANGGIS ( MAri meniNGGikan ISlam )

 


Allah Azza wa Jalla berfirman:

إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِن بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ

“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab, kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” [Ali ‘Imran: 19]

Allah Azza wa Jalla berfirman:

أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ

“Maka mengapa mereka mencari agama yang lain selain agama Allah, padahal apa yang ada dilangit dan di bumi berserah diri kepada-Nya, (baik) dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada-Nya-lah mereka dikembalikan ?” [Ali ‘Imran: 83]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman:

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Dan barangsiapa mencari agama selain agama Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.” [Ali ‘Imran: 85]

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

اْلإِسْلاَمُ يَعْلُوْ وَلاَ يُعْلَى.

“Islam itu tinggi dan tidak ada yang mengalahkan ketinggiannya.” 

Pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah Azza wa Jalla telah menjelaskan dalam Al-Qur-an bahwa Yahudi dan Nasrani selalu berusaha untuk menyesatkan kaum Muslimin dan mengembalikan mereka kepada kekafiran, mengajak kaum Muslimin ke-pada agama Yahudi dan Nasrani. Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَدَّ كَثِيرٌ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُم مِّن بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِّنْ عِندِ أَنفُسِهِم مِّن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ ۖ فَاعْفُوا وَاصْفَحُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Banyak di antara ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu beriman menjadi kafir kembali, karena rasa dengki dari dalam diri mereka, setelah kebenaran jelas bagi mereka. Maka maafkanlah dan berlapang dadalah, sampai Allah memberikan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” [Al-Baqarah: 109]

Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَىٰ ۗ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُم بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِن وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ


“Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan ridha kepada kamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, ‘Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).’ Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, maka tidak akan ada bagimu Pelindung dan Penolong dari Allah.” [Al-Baqarah: 120]

Allah Azza wa Jalla berfirman:

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ شَهِيدٌ عَلَىٰ مَا تَعْمَلُونَ قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ مَنْ آمَنَ تَبْغُونَهَا عِوَجًا وَأَنتُمْ شُهَدَاءُ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تُطِيعُوا فَرِيقًا مِّنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ يَرُدُّوكُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ كَافِرِينَوَكَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنتُمْ تُتْلَىٰ عَلَيْكُمْ آيَاتُ اللَّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ ۗ وَمَن يَعْتَصِم بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ

“Katakanlah (Muhammad), ‘Wahai ahli Kitab! Mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah, padahal Allah Maha Menyaksikan apa yang kamu kerjakan?’ Katakanlah (Muhammad), ‘Wahai ahli Kitab! Mengapa kamu menghalang-halangi orang-orang yang beriman dari jalan Allah, kamu menghendakinya (jalan Allah) bengkok, padahal kamu menyaksikan?’ Dan Allah tidak lengah terhadap yang kamu kerjakan. Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebagian dari orang-orang yang diberi al-Kitab, niscaya mereka akan mengembalikanmu menjadi orang kafir setelah beriman. Dan bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepadamu, dan Rasul-Nya (Mu-hammad) pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sungguh dia diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.’” [Ali ‘Imran: 98-101]

Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa Islam satu-satunya agama yang benar, adapun selain Islam tidak benar dan tidak diterima oleh Allah Azza wa Jalla. Oleh karena itu, agama selain Islam, yaitu Nasrani, Yahudi, Kong Hu Cu, Hindu, Budha, Shinto dan yang lainnya, tidak akan diterima oleh Allah, karena agama-agama tersebut telah mengalami penyim-pangan yang fatal dan telah dicampuri dengan tangan-tangan kotor manusia. Setelah diutus Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka orang Yahudi, Nasrani dan yang lainnya wajib masuk ke dalam Islam, mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kemudian ayat-ayat di atas juga menjelaskan bahwa orang Yahudi dan Nasrani tidak senang kepada Islam serta mereka tidak ridha sampai umat Islam mengikuti mereka. Mereka berusaha untuk menyesatkan umat Islam dan me-murtadkan umat Islam dengan berbagai cara. Saat ini gencar sekali dihembuskan propaganda penyatuan agama, yang menyatakan konsep satu Tuhan tiga agama. Hal ini tidak bisa diterima, baik secara nash (dalil Al-Qur-an dan As-Sunnah) maupun akal. Ini hanyalah angan-angan semu belaka. Kesesatan ini telah dibantah oleh Allah dalam Al-Qur-an:

وَقَالُوا لَن يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَن كَانَ هُودًا أَوْ نَصَارَىٰ ۗ تِلْكَ أَمَانِيُّهُمْ ۗ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَبَلَىٰ مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِندَ رَبِّهِ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

“Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata, ‘Tidak akan masuk Surga kecuali orang-orang Yahudi atau Nasrani.’ Itu (hanya) angan-angan mereka. Katakanlah, ‘Tunjukkan bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang-orang yang benar. Tidak! Barangsiapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan ia berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi Rabb-nya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.’” [Al-Baqarah: 111-112]

Allah kemudian menjelaskan bahwa orang yang ikhlas dan ittiba’, tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan mereka akan mendapat balasan yang menggembirakan di akhirat. Sedangkan propaganda tersebut merupakan tipuan mereka (orang Yahudi dan Nasrani) agar kaum Muslimin keluar dari ke-Islamannya dan memeluk agama Yahudi atau Nasrani. Bahkan mereka memberikan iming-iming bahwa dengan mengikuti agama mereka, orang Islam akan mendapat petunjuk. Sedangkan Allah Azza wa Jalla memerintahkan kita untuk mengikuti agama Ibrahim Alaihissallam yang lurus, agama tauhid yang terpelihara. Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَقَالُوا كُونُوا هُودًا أَوْ نَصَارَىٰ تَهْتَدُوا ۗ قُلْ بَلْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا ۖ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Dan mereka berkata, ‘Jadilah kamu (penganut) Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk.’ Katakanlah, ‘(Tidak!) tetapi (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan dia tidak termasuk orang yang mempersekutukan Allah.” [Al-Baqarah: 135]

Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

“Dan janganlah kamu campuradukkan kebenaran dengan kebathilan dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya.” [Al-Baqarah: 42]

Dalam tafsir Ibnu Jarir berkenaan dengan ini: “Dan janganlah kalian campur adukkan yang haq dengan yang bathil,” beliau membawakan pernyataan Imam Mujahid rahimahullah yang mengatakan, “Janganlah kalian mencampuradukkan antara agama Yahudi dan Nasrani dengan agama Islam.”

Sementara dalam Tafsir Ibnu Katsir, Imam Qatadah rahimahullah berkata, “Janganlah kalian campuradukkan agama Yahudi dan Nasrani dengan agama Islam, karena sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah Azza wa Jalla hanyalah Islam. Sedangkan Yahudi dan Nasrani adalah bid’ah bukan dari Allah Azza wa Jalla !”

Sungguh, tafsir ini merupakan khazanah fiqih yang sangat agung dalam memahami Al-Qur-an.

Untuk itulah kewajiban kita bersikap hati-hati terhadap propaganda-propaganda sesat, yang menyatakan bahwa, ‘Semua agama adalah baik’, ‘kebersamaan antar agama’, ‘satu tuhan tiga agama’, ‘persaudaraan antar agama’, ‘persatuan agama’, ‘perhimpunan agama samawi’, ‘persatuan agama Ibrahimiyyah’, ‘persatuan agama Ilahi’, ‘persatuan kaum beriman’, ‘pengikut millah’, ‘persatuan umat manusia’, ‘persatuan agama-agama tingkat nasional’, ‘persatuan agama-agama tingkat internasional’, ‘persaudaraan agama’, ‘satu surga banyak jalan’, ‘dialog antar umat beragama’. Muncul juga dengan nama ‘persaudaraan Islam Nasrani’ atau ‘Himpunan Islam Nasrani Anti Komunisme’ atau ‘Jaringan Islam Liberal (JIL)’.

Semua slogan dan propaganda tersebut bertujuan untuk menyesatkan umat Islam, dengan memberikan simpati atas agama Nasrani dan Yahudi, mendangkalkan pengetahuan umat Islam tentang Islam yang haq, untuk menghapus jihad, untuk menghilangkan ‘aqidah al-wala wal bara’ (cinta/loyal kepada kaum mukminin dan berlepas diri dari selainnya), dan mengembangkan pemikiran anti agama Islam. Dari semua sisi hal ini sangat merugikan Islam dan umatnya.

Semua propaganda sesat tersebut merusak ‘aqidah Islam. Sedangkan ‘aqidah merupakan hal yang paling pokok dan asas dalam agama Islam ini, karena agama yang mengajarkan prinsip ibadah yang benar kepada Allah Azza wa Jalla saja, hanyalah agama Islam.

Oleh karena itu, seorang yang beriman kepada Allah Azza wa Jalla sebagai Rabb-nya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai Nabinya, tidak boleh ikut serta dalam seminar-seminar, perkumpulan, pertemuan, yayasan dan organisasi mereka. Tidak boleh pula menjadi anggota mereka. Bahkan ia wajib menjauhinya, mewaspadainya dan takut terhadap akibat buruknya. Ia harus menolaknya, memusuhinya dan menampakkan penolakannya secara terang-terangan serta mengusirnya dari negeri kaum Muslimin. Ia wajib mengikis pemikiran sesat itu dari benak kaum Muslimin, membasmi sampai ke akar-akarnya, menolaknya, mengucilkannya dan membendungnya. Pemerintah muslim wajib menegakkan sanksi murtad terhadap pengikut propaganda tersebut, setelah terpenuhi syarat-syaratnya dan tidak adanya penghalang. Hal itu dilakukan demi menjaga keutuhan agama dan sebagai peringatan terhadap orang-orang yang mempermainkan agama, dan dalam rangka mentaati Allah dan Rasul-Nya serta demi tegaknya syari’at Islam yang suci.

Hendaknya setiap muslim mengetahui hakikat propaganda ini. Ia tidak lain hanyalah benih-benih filsafat yang berkembang di alam politik yang akhir kesudahannya adalah kesesatan. Muncul dengan mengenakan baju baru untuk memangsa korban dari kalangan kaum Muslimin. Memangsa ‘aqidah mereka, tanah air mereka dan merenggut kekuasaan mereka. Target utama propaganda itu hanyalah Islam dan kaum muslimin dalam bentuk sebagai berikut:

1.Menimbulkan kebimbangan terhadap Islam, mengacaukan pemahaman kaum Muslimin serta menjerumuskan kaum Muslimin dengan cara menyebarluaskan syahwat dan syubhat.

2. Mendangkalkan cakupan agama Islam dan kandungannya.

Memunculkan kaidah-kaidah yang bertujuan menguliti dan mematikan ajaran Islam, melumpuhkan kaum Muslimin, mencabut dan memupus akar keimanan dari dalam hati mereka.

4. Mengurai dan memutuskan tali persaudaraan di antara kaum Muslimin di seluruh negeri Islam. Lalu menggantinya dengan persaudaraan baru yang terkutuk, yaitu persaudaraan Yahudi dan Nasrani.

5. Membungkam pena dan lisan kaum Muslimin dari pengkafiran Yahudi, Nasrani serta orang-orang yang telah dikafirkan oleh Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

6. Menghapus hukum-hukum Islam yang diwajibkan atas kaum Muslimin terhadap Yahudi, Nasrani dan orang-orang kafir lainnya.

7. Menahan dan menghalangi kaum Muslimin dari puncak amal dalam Islam yaitu jihad fi sabilillah. Di antaranya adalah berjihad melawan ahli Kitab, Yahudi dan Nasrani. Memerangi mereka karena Allah, serta memaksa mereka membayar jizyah (pajak) apabila menolak masuk Islam.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

قَاتِلُوا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَلَا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَلَا يَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حَتَّىٰ يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَن يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ

“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari Kemudian dan mereka yang tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan mereka yang tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang telah diberikan Al-Kitab hingga mereka membayar jizyah (pajak) dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.” [At-Taubah: 29]

8. Merobohkan kaidah dasar agama Islam, yaitu kaidah al-wala’ wal bara’ (loyal dan benci karena Allah Azza wa Jalla). Propaganda penyatuan agama ini berfungsi untuk mematahkan sikap berlepas diri kaum Muslimin terhadap orang-orang kafir.

9. Menghembuskan pemikiran dan sikap anti Islam yang bersembunyi di balik slogan persatuan agama-agama. Memisahkan umat Islam dari agama, menjauhkan syari’at yang tertuang dalam al-Qur-an dan as-Sunnah dari kehidupan mereka. Dengan hal itu, mereka lebih leluasa menggiring kaum Muslimin kepada pemikiran Jahiliyyah dan moral yang tercela.

10. Memadamkan inti ajaran Islam yaitu tauhid, keunggulannya, kejayaannya dan keistimewaannya.

11. Memperlancar progam-progam kristenisasi dengan merobohkan benteng ‘aqidah kaum Muslimin serta memadamkan api perlawanan kaum Muslimin terhadap mereka.

12. Melebarkan sayap kekuasaan orang-orang kafir, Yahudi, Nasrani dan orang-orang komunis di seluruh dunia, khususnya terhadap negara-negara Islam, lebih khusus lagi terhadap negara-negara Arab dan terutama sekali terhadap pusat dunia Islam dan ibu kotanya, yaitu Jazirah Arab.

Mereka juga berusaha untuk memurtadkan umat Islam di Indonesia dan ini sudah terbukti di beberapa daerah dan propinsi.

Itulah target dan tujuan utama propaganda keji tersebut! Dan sangat disayangkan dan merupakan musibah yang lebih besar lagi, adanya segelintir oknum dari kalangan kaum Muslimin dan orang yang mengaku muslim menyambut positif propaganda keji tersebut! Bahkan mendukung terselenggaranya seminar-seminar yang mereka adakan. Sehingga gaungnya lebih luas, berlomba-lomba menyambut seruan keji dan konspirasi jahat orang-orang kafir itu!

Propaganda ini, mulai dari asal usulnya, slogannya, pada hakikatnya merupakan musibah besar atas kaum Muslimin saat ini. Merupakan kekufuran yang sangat parah, mencampuradukkan Islam dengan kekufuran, haq dengan bathil, petunjuk dengan kesesatan, ma’ruf dengan mungkar, Sunnah dengan bid’ah serta ketaatan dengan maksiyat!

Propaganda kepada penyatuan agama Islam dengan agama lainnya yang telah menyimpang dan dihapus dengan syari’at Islam, merupakan kemurtadan yang nyata dan kekufuran yang jelas. Hal itu disebabkan karena propaganda itu secara terang-terangan telah mencabut sendi-sendi Agama Islam, baik pada aspek ‘aqidah, amaliyah, dan lainnya. Hukum ini merupakan kesepakatan yang tidak boleh diselisihi oleh kaum Muslimin. Propaganda ini merupakan kancah peperangan baru melawan kaum salibis dan melawan orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman, yaitu Yahudi. Ini adalah perkara yang sangat serius, bukan main-main!

Mereka tidak henti-hentinya senantiasa berusaha siang dan malam memurtadkan umat Islam, sebagaimana Allah berfirman :

وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّىٰ يَرُدُّوكُمْ عَن دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا

“…Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sampai kamu murtad (keluar) dari agamamu, jika mereka sanggup…” [Al-Baqarah: 217]


Minggu, 29 Januari 2023

 

Cinta dalam Diam


 

Cinta mengajar kita untuk hidup berdua bukan mendua

Cinta mengajarkan kita untuk setia di hati bukan untuk mengingkari

Cinta mengajari kita untuk saling berbagi bukan untuk saling menyakiti

Dan cinta mengajari kita untuk menyayangi bukan mengkhianati 

Esensi diam sangat terkait dengan esensi cinta. Mereka yang memahami makna diam akan memahami pula makna cinta sebab ada kaitan erat antara cinta dengan diam dalam tradisi sufi ( Jalaluddin Rumi ) 

Diamku……karena cintaku pada mu

Diamku …..karena kesabaran yang ditanam dalam hatiku

Diamku…..adalah sedikit amarah tapi kutepis dengan kesadaran yang datangnya dari Allah

Diamku….karena aku ridho dalam ikhlas ….aku pasrah dalam menyerah.

Jatuh cinta merupakan hal yang paling sering membuat kita kebingungan, salah tingkah, berbunga-bunga namun kadang juga menguras air mata. Rasa cinta yang kita miliki untuk seseorang yang istimewa di hidup kita memang tak bisa disalahkan, meski kadang menyakitkan.

Seperti menyimpan rasa cinta diam-diam yang terkadang kita alami, dimana kita tidak bisa memilih untuk mencintainya namun hati kita bersikeras bahwa dialah orang yang sanggup membuat jantung kita berdegup kencang. Tak jarang, cinta dalam diam berakhir rasa kecewa karena ternyata si dia sudah ada yang punya.

Tidak semua orang mampu atau mau mengungkapkan rasa cintanya, dengan berbagai alasan dan pertimbangan. Bagi kalian yang memilih untuk mencintainya dalam diam, berikut lima hal yang akan menjadikan kalian lebih bersemangat dan kuat.

1. Yakin bahwa Allah telah mengatur segalanya, termasuk jodoh

Mungkin kata-kata tersebut memang benar adanya. Karena cinta bukan hanya tentang kita dan orang yang kita cintai, melainkan juga tentang campur tangan Allah SWT. Sekeras apapun mencoba, kalau ternyata dia bukan jodoh kita maka tidak akan bersatu. Demikian pula, semakin kita mencoba untuk menjauh jika ternyata dia lah yang Allah gariskan untuk melengkapi hidup kita dia akan tetap menjadi milikmu.

Kalau sudah yakin jodoh itu sudah diatur Allah, mengapa masih sibuk bahkan mengemis cinta pada manusia?

“Sudahi menggenggam duri dalam hati dengan berharap berlebih pada manusia, lebih baik bertaubat dan mendekatkan diri pada Allah”.

Biar Allah yang mengatur siapa yang pantas menjadi pendamping kita.

2. Berusaha terus memantaskan diri

Daripada menangis tidak jelas dan mengurung diri dari pergaulan sosial, alangkah lebih baik jika kita memperbaiki diri sendiri. Mengintrospeksi segala kekurangan yang kita miliki untuk kita benahi sedikit demi sedikit. Belajarlah untuk memantaskan diri karena jodoh tidak lain merupakan cerminan diri kita sendiri.

Maka perlu kita tanyakan pada diri ini :

A.    Apakah kita sudah betul-betul memperbaiki diri ?

B.     Apakah kita sudah memantaskan diri dihadapan Nya?

C.    Apakah kita lebih sibuk memantaskan diri dihadapan manusia?

D.   Sebagai laki  laki sudah pantaskah kita menjadi imam ?

Jadi kuncinya adalah perbaikan diri, pantaskan diri, dan luruskan niat hanya untuk Allah SWT dan berbaik sangka kepada Nya. 

3. Tidak ambil pusing meskipun dia tidak mengetahui perasaanmu

Tergesa-gesa mengungkapkan perasaan kita pada orang yang kita cintai ialah hal yang kurang bijak. Kenapa? Jika tindakan tersebut tidak dilakukan dengan pertimbangan yang matang, maka kamu harus siap dengan beberapa konsekuensi yang timbul. Jika si dia menerima cintamu, mungkin tidak akan ada permasalahan yang berarti.

Namun, jika dia tidak menerima perasaanmu dan justru malah menghindari dan menjaga jarak darimu, di situlah kesabaran mu akan semakin diuji. Rasa ketidaknyamanan, perasaan bersalah, bingung bagaimana harus menyikapinya merupakan segelintir dari kekhawatiran yang menggelayut di benakmu.

“ Sikap pelan – pelan itu dari Allah, sedang tergesa-gesa itu dari Syaithon “

4. Menyibukkan diri dengan kegiatan yang positif

Dengan melakukan kegiatan-kegiatan positif seperti melukis akan membuat dirimu lebih fokus dan tidak memikirkan tentang si dia. Berusahalah untuk memberi kesempatan pada dirimu sendiri untuk berkembang, menghasilkan karya-karya daripada nangis sesenggukan di kamar.

“ Siapa yang tidak menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat, pasti ia akan menyibukkan diri dengan hal-hal yang sia-sia” ( Ibnul Qoyyim )

5. Menghabiskan banyak waktu bersama sahabat dan keluarga

Sebelum kamu menemukan pasangan hidupmu, perbanyaklah waktumu untuk sekedar berkumpul dan bersenda gurau bersama sahabat dan keluarga dekat. Karena mereka lah orang-orang yang setia pada saat kamu kesusahan. Meski hanya sebatas pergi traveling atau makan bareng itu akan membuatmu lebih bahagia karena kamu yakin selalu ada orang-orang yang mencintaimu sebelum kamu meninggalkan mereka setelah kamu hidup bersama pasanganmu.

“ JADILAH SAHABAT YANG SELALU MEMBERI TANPA MENGINGAT DAN SELALU MENERIMA TANPA MELUPAKAN “

Nah, itu dia beberapa hal yang sebaiknya kita lakukan agar cinta dalam diam itu tidak membuat kita bermasalah justru malah membuat kita semakin dewasa.

 

MANGGA ( MAri meNGGapai cinta Allah )

 

 

Setiap muslim pasti bercita-cita untuk mendapatkan cinta Allah. Sebab bila kita sudah menjadi kekasih-Nya, seluruh kebaikan duniawi dan ukhrawi bisa kita gapai dengan mudah. Persoalannya, bagaimana agar cita-cita tersebut menjadi kenyataan? Sesungguhnya banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menggapai cinta-Nya, namun karena keterbatasan lahan, saya akan membahas yang pokoknya saja.

 

Pertama, membaca, memahami, dan mengamalkan Al Qur’an. Cara ini akan melahirkan cinta dan kerinduan kepada-Nya, syukur dan sabar, tawadhu (rendah hati) dan khusyu, serta seluruh sifat yang bisa mengantarkan pada cinta dan ridha-Nya. (Ibnu Rajab, Ikhtiyaar Al-Uula, hal 114

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ 

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami (Allah) turunkan kepadamu, yang didalamnya penuh berkah, supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapatkan pelajaran orang-orang yang mau menggunakan akalnya”. (Q.S. Shaad 38:29).

Al Qur’an adalah kitab suci yang harus difahami, bukan sekedar dibaca. Fakta menunjukkan, banyak yang rajin membaca Al Qur’an tapi tidak faham isinya, sehingga tidak bersemangat untuk mengamalkannya. Untuk itu, biasakan juga membaca terjemahannya untuk membantu pemahaman.

Pengalaman menunjukkan, awalnya memang agak susah mencerna maksud terjemahan Qur’an, namun kalau kita sering membacanya, lama kelamaan akan mudah memahaminya. Sebenarnya ini berlaku untuk semua ilmu, kalau kita tidak pernah membaca buku-buku psikologi misalnya, akan susah mencerna isinya, tapi kalau sudah sering, insya Allah kesulitan ini bisa diatasi. Saat membaca Al Qur’an, para sahabat mengutamakan pemahaman dan implemantasi/pengamalan. Ibnu Abbas r.a. berkata, “Kebiasaan kami, jika mempelajari sepuluh ayat Al Qur’an, kami tidak akan melampauinya sebelum kami memahami secara benar maknanya dan mengamalkannya”. (HR. Athabari dalam tafsirnya dengan sanad yang shahih).

Sementara kita, lebih mengutamakan khatam (tamat) ketimbang faham. Alangkah indahnya kalau kita sering khatam dan faham serta implementatif. Setelah faham, langsung diaplikasikan dalam kehidupan.

Anas r.a. mengatakan, “Abu Thalhah r.a. –seorang shahabat dari kaum Anshar di Madinah– adalah orang yang banyak hartanya, di antara harta yang paling disenanginya adalah kebun kurma yang menghadap ke mesjid, bahkan Rasulullah saw. pun pernah singgah di kebun itu. Ketika turun firman Allah yang berbunyi:

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّىٰ تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

“Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebajikan sebelum kamu menafkahkan sebagian dari harta yang kamu cintai” (QS. Ali Imran 3:92),

Abu Thalhah bergegas menemui Rasulullah saw seraya berkata, “Ya Rasulullah, sungguh aku telah faham ayat itu, maka harta yang paling aku cintai adalah kebun kurma yang menghadap ke mesjid. Untuk itu saksikanlah, demi Allah aku sedekahkan kebun itu untuk mendapatkan pahala di sisi-Nya. Maka silakan Ya Rasulullah bagikan sebagaimana Allah telah mengajarkannya kepadamu.” (H.R. Bukhari-Muslim).

Kalau kita bagaimana?

Kedua, mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan-amalan sunah setelah melaksanakan yang wajib. (Ibnul Qayyim, Madaarijus Saalikiin, jilid 3, hal. 13)

Abu Hurairah r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “. . . Tidak ada amalan yang paling Aku cintai dari hamba-Ku kecuali apa yang telah diwajibkan kepadanya. Dan Aku mencintai hamba-Ku yang senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunah . . .” (H.R. Bukhari).

Menurut riwayat ini, ada dua hal yang menyebabkan Allah mencintai kita.

– Pertama, konsisten melaksanakan ibadah-ibadah fardu/wajib, seperti shalat lima waktu, shaum Ramadhan, zakat, haji kalau sudah mampu, dll.

– Kedua, melaksanakan amalan-amalan sunah, seperti shalat rawatib, tahajud, dhuha, shaum senin-kamis, dll. Ibadah-ibadah ini akan menjadi pupuk bagi hati kita sehingga tetap hidup dan subur. Allah swt. akan merespon taqarrub (pendekatan diri) kita dua kali lipat dari apa yang kita lakukan.

Rasulullah saw. pernah bersabda melalui hadits qudsinya, Allah swt. berfirman: “Jika ia (manusia) bertaqarrub kepada-Ku satu jengkal, Aku akan mendekat kepadanya satu hasta. Jika ia bertaqarrub kepada-Ku satu hasta, Aku mendekat kepada-Nya satu depa. Dan apabila ia mendatangi-Ku dengan berjalan, Aku mendatanginya dengan berlari.” (H.R.Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Jadi, kalau kita memberi satu cinta kepada Allah, Dia akan memberi dua cinta kepada kita. Kalau kita memberi tiga cinta, maka Allah akan memberi empat cinta, demikian seterusnya. Karena itu, dekatkanlah diri kepada-Nya dengan ibadah-ibadah sunah setelah kita melaksanakan yang wajib, pasti Dia akan mencintai kita.

       فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ 

Ketiga, memperbanyak dzikir, baik dengan lisan ataupun perbuatan. Allah swt. memerintahkan untuk memperbanyak dzikir dalam setiap kesempatan, “Dan dzikirlah (ingatlah) Allah sebanyak-banyaknya, supaya kamu beruntung.” (Q.S. Al Jumu’ah 62:10).

Ada dua macam dzikir, muqayyad dan muthlaq.

– Dzikir Muqayyad adalah dzikir yang jenis dan jumlahnya telah ditetapkan Rasulullah saw. seperti dzikir setelah shalat fardhu (wajib) membaca Subhanallah, Alhamdulillah, dan Allahu Akbar masing-masing 33 kali. Karena Rasulullah telah menetapkan jenis dan jumlahnya, kita tidak boleh menambahi atau menguranginya.

– Dzikir muthlaq adalah dzikir yang jenis dan jumlahnya tidak ditetapkan oleh Rasulullah saw., namun disesuaikan pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Misalnya saat menghadapi ujian kita agak gelisah, nah kita bisa berdzikir apa saja sesuai kemauan, bisa baca astaghfirullah, subhanallah, alhamdulillah, dll. Jumlahnya pun terserah kita, berapa saja boleh. Allah swt. akan mencintai hamba-Nya yang selalu menyertakan dzikir dalam seluruh aktifitas kesehariannya. Mendapat kebahagiaan mengucapkan alhamdulillah, tertimpa musibah mengucapkan innalillahi wa inna ilaihi raaji’un, melihat kemaksiatan mengucapkan astaghfirullah, memulai perbuatan baik mengucapkan bismillah, melihat sesuatu yang mengagumkan mengucapkan subhanallah, dll. Ini indikator bahwa kita selalu mengingat-Nya, sehingga Allah swt. pun akan mengingat kita.

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ 

“Karena itu, ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingat pula kepadamu. Dan bersyukurlah kepada-Ku, serta janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku (Q.S. Al Baqarah 2:152).

Allah swt. akan menyertai orang-orang yang selalu berdzikir kepada-Nya, sebagaimana dijelaskan dalam hadits qudsi, “Aku adalah menurut persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Dan Aku bersamanya ketika ia menyebut-Ku. Jika ia menyebut-Ku dalam dirinya, maka Aku menyebutnya dalam diri-Ku. Ketika ia menyebut-Ku ditengah-tengah sekelompok orang, maka Aku menyebutnya ditengah-tengah kelompok yang lebih baik dari mereka (kelompok malaikat).” (H.R.Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Dalam riwayat lain disebutkan, “Sesungguhnya Allah swt. berfirman: Aku bersama hamba-Ku selama ia mengingat-Ku, dan selama kedua bibirnya masih bergerak menyebut nama-Ku.”(H.R. Ahmad,Bukhari, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Al Hakim )

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Dzikir jangan diartikan sempit (sekedar dengan lisan), tapi juga harus tercermin dalam perbuatan. Kalau kita berbisnis, bekerja, belajar, dll. dengan berpegang teguh pada nilai-nilai kebanaran dan kejujuran, ini juga disebut dzikir. Allah swt. menyebutkan ciri-ciri orang yang dincintai-Nya, “Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, dalam keadaan berbaring…” (QS. Ali Imran 3: 191).

Ini yang dimaksud dzikir dalam perbuatan atau aktifitas. Apabila ketiga hal di atas dilaksanakan, yakni memahami Qur’an, meningkatkan amaliah wajib dan sunah, serta selalu dzikir dengan ucapan dan perbuatan, insya Allah kita akan menjadi kekasih-Nya, dan kita akan rindu bertemu dengan-Nya, “Barangsiapa yang mendambakan bertemu dengan Allah, Allah pun mendambakan bertemu dengannya. Dan barangsiapa yang benci bertemu dengan Allah, Allah pun akan merasa benci bertemu dengannya.” (HR. Ahmad, Muslim, Tirmidzi, Ad-Darimi, dan Nasa’i).

Realisasikan cinta dan rindu kita kepada-Nya dengan cara mengerjakan apa yang Allah cintai, meskipun diri kita sangat membenci dan menolak perbuatan tersebut, serta tinggalkan apa yang Allah benci, meski sebenarnya kita sangat mencintai dan menginginkannya. Semoga kita diberi kekuatan untuk bisa meraih cinta-Nya. Amiin.

 

 

 

 

 

Sabtu, 28 Januari 2023

 

7 Manfaat Istighfar


Keutamaan Istighfar – Istighfar merupakan suatu amalan yang harus kita lakukan setiap hari. Di zaman yang serba tidak menentu ini, sebaiknya kita memperbanyak beristighfar kepada Allah SWT.

Jangan pernah menyombongkan diri di dunia ini, karena udara yang Kita hirup ini adalah karunia dari Allah SWT. Tanpa Allah SWT kita bukanlah apa-apa.

Kita adalah makhluk yang selalu melakukan dosa setiap harinya, oleh karena itu setiap harinya kita harus selalu beristighfar kepada Allah SWT.

Apa saja sih keutamaan dan keistimewaan beristighfar itu ?

Berikut kita akan menjelaskan keutamaan dan keistimewaan beristighfar :

1. Orang yang Beristighfar Dicintai oleh Allah SWT

Rasulullah pernah bersabda, “Orang yang bertaubat adalah kekasih Allah SWT. Orang yang bertaubat atas dosanya, bagaikan orang yang tidak mempunyai dosa.” (HR. Ibnu Majah)

Selain sabda dari Rasulullah SAW, di dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri.”(QS. Al-Baqoroh : 222).

2. Orang yang Beristighfar Dosanya Diampuni oleh Allah SWT

Rasulullah pernah bersabda, “Allah telah berkata, “Wahai hamba-hamba Ku, setiap dari kalian pasti berdosa kecuali yang Aku jaga. Maka beristighfarlah kalian kepada Ku, niscaya kalian Aku ampuni. Dan barangsiapa yang meyakini bahwa Aku punya kemampuan untuk mengampuni dosa-dosa nya, maka Aku akan mengampuninya dan Aku tidak perduli berapa banyak dosanya.”(HR. Ibnu Majah, Tirmidzi).

Jadi segelap apapun masa lalu kamu, masa lalu hanyalah masa lalu. Yang terpenting masa depan kamu itu masih suci. Segeralah bertaubat kepada Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

3. Orang yang Beristighfar Akan Mendapatkan Balasan Surga

Allah berfirman, “Dan orang-orang yang apabila mengerjakan suatu perbuatan keji atau menganiaya dirinya sendiri, mereka ingat akan Allah SWT, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosanya selain Allah SWT ? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya adalah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang didalamnya mengalir sungai-sungai. Sedang mereka kekal didalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (QS. Ali Imran : 135 – 136).

4. Orang yang Beristighfar Akan Mengecewakan Syaiton

Sesungguh syaiton telah berkata, “Demi kemuliaan Mu ya Allah, aku akan terus menerus menggoda hamba-hamba Mu selagi roh mereka ada dalam badan mereka. Maka Allah menimpalinya, “Dan demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku akan senantiasa mengampuni mereka selama mereka memohon ampun kepada Ku.” (HR. Ahmad dan Al-Hakim).

Maka kita harus memperbanyak beristighfar, sesungguhnya syaiton adalah musuh yang nyata untuk kita. Dan ketika kita terjerumus dijalannya, maka siksa Allah SWT amatlah pedih. Akan tetapi perlu kamu ketahui bahwa kasih sayang Allah SWT lebih besar dari pada murka-Nya.

5. Orang yang Beristighfar Akan Allah SWT Lancarkan Rezekinya

Rasulullah pernah bersabda, “Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah akan memberikannya kegembiraan dari setiap kesedihannya, dan kelapangan bagi setiap kesempitannya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Dari hadist tersebut, jika kita memperbanyak beristighfar kepada Allah SWT, maka apapun kesulitan kita inshaAllah Allah SWT akan memberikan jalan keluarnya untuk kita. Dan jika kamu bersedih, maka beristighfarlah. Niscaya Allah SWT akan menghilangkan kesedihan mu itu. 

6. Orang yang beristighfar Akan Allah SWT Tambah Kesejahteraannya

Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman , “Maka aku katakan kepada mereka : “Mohon ampunlah kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan deras, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan untuk mu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12).

Jika kamu belum di anugrahkan keturunan, maka kita sarankan kamu untuk memperbanyak istighfar kepada Allah SWT. Yakin dan percayalah Allah SWT itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

7. Orang yang beristighfar Akan Menjadi Orang yang Beruntung

Aisyah pernah berkata, “Beruntunglah, orang-orang yang menemukan istighfar yang banyak pada setiap lembar catatan harian amal mereka.” (HR. Bukhari).

Allah berfirman dalam Al-Qur’an, “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah SWT, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nur: 31).

 

 ZAITUN ( Zaman Akhir Ini Untuk Ngaji )   Salah satu fenomena yang cukup memprihatinkan pada zaman kita saat ini adalah rendahnya semangat d...