Ranking

Jumat, 20 April 2012

SURAT KARTINI……….


   SURAT KARTINI……….    

“kami di sini memohon diusahakan  pengajaran dan pendidikan anak-anak perempuan. Bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali  bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibanya, kewajiban yang diserahkan alam [sunatulah] sendiri kedalam tanganya : menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.” [surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902].

Itu adalah sebuah cita-cita yang lurus, yang dituntut Kartini bukanlah menjadikan wanita sama seperti laki-laki dalam tugas dan fungsinya. Juga tidak menuntut sebuah gerakan untuk meniru wanita Barat dalam seluruh aspek hidupnya. Munculnya gerakan emansipasi di Barat karena terjadinya perlakuan yang merendahkan martabat wanita dan menjadikan wanita sebagai warga kelas dua. Sedangkan Islam telah menempatkan kaum wanita pada tempatnya yang mulia dengan kedudukan, hak dan dan kewajiban yang sederajat dengan kaum laki-laki. Lalu kenapa harus muncul gerakan emansipasi pada diri muslimah?

Duhai Muslimah, dengarlah nasihat dari musuhmu, seorang orientalis, Franzoa Saban:”Wahai wanita timur, ketahuilah bahwa orang yang memanggil namamu da mengajakmu beremansipasi dengan lelaki sebenarnya adalah orang-orang yang mentertawaka dan mengejekmu, dan sesengguhnya mereka telah mentertawakan ummat Islam sebelum kamu.”

Ibu Kartinipun memahami masalah ini :”Kami sekali-kali tidak hendak menjadikan murid-murid kami menjadi orang-orang setengah Eropa atau orang-orang Jawa yang kebarat-baratan.”[surat Kartini kepada Ny. Abendanon, 10 Juli 1902].

“Sudah lewat masanya, tadi kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik, tiada taranya. Maafkan kami, tetapi apakah ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik hal yang indah itu dalam masyarakat ibu dapat terdapat banyak hal-hal yang sama sekali tak patut disebut sebagai peradaban?”  surat Kartini kepada Ny. E.E Abendanon, 27 Oktober 1902].

Harus dapat dibedakan antara ajaran Islam dengan adat istiadat yang mengakar dalam suatu masyarakat. Belum tentu adat istiadat itu akan sesuai ajaran Islam. Setiap muslim harus mengetahui hal ini dan mengilmuinya.

Dengan demikian Muslimin dan Muslimah tidaklah tertipu dengan slogan-slogan yang digembar-gemborkan oleh Barat untuk mengelabui ummat Islam.

Duhai muslimah, betapa sedihnya ibu Kartini akibat rentangan waktu yang tidak terjembatani antara dirinya dengan generasi-generasi penerusnyua, sehingga rambu-rambu cita-citanyapun akhirnya hanya menjadi yang mengekor Barat. Tapi bagi mereka yang masih memiliki hati dan perasaan, kenapa tidak segera kembali ke jalan yang benar.”Astagfirullah”, alangkah jauhnya saya menyimpang.[surat Kartini kepada Ny. Abendanon, 5 Maret 1902].

 Wahai muslimah, mari kita lanjutkan cita-cita Ibu Kartini:”moga-moga kami mendapatkan rahmat, dapat berkerja membuat ummat agama lain memandang Agama Islam patut disukai.” [surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 ZAITUN ( Zaman Akhir Ini Untuk Ngaji )   Salah satu fenomena yang cukup memprihatinkan pada zaman kita saat ini adalah rendahnya semangat d...