Ranking

Selasa, 13 November 2012

DI MADU KOQ TETAP BAIK YA…



DI MADU KOQ TETAP BAIK YA…

Madu….yach barang yang tidak asing bagi kita semua, karena setiap saat kita temui barang itu, Madu rasanya manis banyak orang yang suka, banyak khasiat yang terkandug di dalamanya. Akan tetapi tahukah sob jika di depan kata madu ditambahi dengan awalan Di ? Mungkin saja banyak para kaum hawa akan melakukan protes yang sangat keras karena tidak ingin di madu, kalaupun ada yang mau itu jumlahnya sangat sangat sedikit sekali.

Madu, sekali lagi memang manis rasanya akan tetapi kalau dimadu rasa manis itu akan berubah rasanya….Tolong diincipi yach bagaimana rasanya  ? wow…sedapkan?

Jarang kita jumpai wanita yang mau dimadu,…entahlah kalau ditempat sahabat blogger semua mungkin bisa bercerita disini. Akan tetapi ada sebuah cerita yang sungguh mengejutkan bagi saya terutama ku jaga gak ngerti pendapat sahabat semua yang jelas saya hanya ingin berbagi cerita yang pernah saya baca, mungkin sahabat semua sudah baca cerita ini ada juga yang belum. aBagi yang sudah mudah mudahan menjadikan lebih mantap lagi dan bagi yang belum selamat baca cerita ini. kalau mau komen ntar dulu setelah cbacanya selesai yach…

Abdullah bin syekh Hasan Al Jibrati menikah dengan Fatimah binti Ramadhan Jalabi. Fatimah ini figure isteri yang baik dan berbakti. Diantara kebaikannya, ia biasa membelikan suaminya pakaian yang bagus bagus dengan uangnya sendiri, demikian pula untuk membelikan pakaian serta perhiasannya sendiri.

Ia tidak pernah meminta uang kepada suami, atau menggunakan uang belanja keluarga. Begitu baiknya, sampai-sampai ia diam saja dan tidak merasa cemburu melihat suaminya suka membeli budak perempuan. Kesetiaannya tidak menjadi luntur; sama sekali tidak terpengaruh. Atas semua itu ia berharap beroleh balasan pahala yang berlipat ganda dari Allah.

Pada tahun 1156 , Abdullah pergi haji. Di Mekkah ia berkenalan dengan orang bernama Umar Al Halbi. Ia dipesan untuk membeli seorang budak perempuan berkulit putih, masih perawan. dan bertubuh langsing. Pulang dari ibadah haji, ia mencari budak perempuan dengan cirri-ciri tersebut, dan cukup lama ia baru mendapatkannya.

Abdullah memperkenalkan budak perempuan yang baru dibelinya itu kepada isterinya. tetapi sang istri sama sekali tidak tersinggung. Ia bahkan menganggapnya sebagai putrinya sendiri. Lama kelamaan keduanya saling mencintai, dan tidak mau berpisah selamanya.
“Jadi bagaimana ini?” Tanya Abdullah kepada istrinya.
“Begini saja,”jawab istrinya. Aku ganti uangnya, lalu kamu belikan budak yang lain.”
“Baiklah,” kata Abdullah setuju.
Oleh Fatimah, budak perempuan yang baru dibelinya itu dimerdekakan, dan dinikahkan dengan suaminya. Bahkan ia menyediakan kamar tersendiri untuk madunya tersebut

Pada tahun 1165 Abdullah memboyong istri keduanya ini kerumah sendiri. Tetapi istri pertama tetap merasa berat untuk berpisah barang sesaatpun, meski ia telah memiliki beberapa orang anak.

Pada tahun 1182 istri kedua sakit, lalu disusul oelh istri pertama. Kian lama sakit keduanya semakin parah. Tengah hari, istri kedua memaksakan diri bangun dari pembaringan. Ia menangis melihat istri pertama dalam keadaan pingsan. Ia berdoa, “Ya Allah, jika Engkau takdirkan ia meninggal, jangan ia mendahuluiku.”

Benar..malamnya, istri kedua meninggal dunia. Ia disemayamkan di samping isteri pertama. Saat menjelang subuh, ia siuman, sambil meraba-raba ia membangunkan madunya. Namun, ia menjadi lunglai ketika diberitahu bahwa madunya sudah meninggal. Ia menangis melolong-lolong hingga tengah hari. Setelah ikut menyaksikan madunya dimandikan, ia pun kembali ke pembaringannya. Petang hari ia meninggal dunia, dan jenazahnya dimakamkan pada hari berikutnya.


Benar... Malamnya, isteri kedua itu meninggal dunia. Ia disemayamkan di samping isteri
pertama. Saat menjelang subuh, ia siuman. Sambil meraba-raba ia membangunkan madunya.
Namun, ia menjadi lunglai ketika diberitahu bahwa madunya sudah meninggal. Ia menangis
melolong-lolong hingga tengah hari. Setelah ikut menyaksikan madunya dimandikan, ia pun
kembali ke pembaringannya. Petang hari ia meninggal dunia, dan jenazahnya dimakamkan

Sumber: 'Aja'ib al Atsar, al Jibrati
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Nah,..sudah selesai baca kan, silakan kalau mau komen…,ada gak ya zaman sekarang wanita yang seperti itu?

13 komentar:

  1. mentalitas masyarakat di masa lalu ternyata lebih mengesankan ya daripada pada umumnya masyrakat di masa sekarang. coba aja, istilah madu sekarang, pasti dianggap hina kan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. sekarang pun saya kira masih ada mas, tapi sulit untuk ditemukan

      Hapus
    2. iya. mumgkin masih ada sih Mas. dan butuh kedewasaan yang hebat.

      Hapus
    3. betul sekali, butuh kedewasaan yang hebat

      Hapus
  2. Hmm... meskipun saya belum berkeluarga, tapi sepertinya sih berat ya untuk berbagi... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, umumnya selalu begitu paasti

      Hapus
    2. betul sekali kakaakin tidak semua kuat untuk berbagi

      Hapus
  3. السلم عليكم ورحمة الله

    Subhanallah, mulia akhlak isterinya.

    Ana punya seorang kawan (ustaz), isterinya melamar seorang wanita untuk jadi isteri kedua suaminya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Subhanallah mulia betul istri teman ustad tersebut, kok mirip denagn kisah ini ya tadz

      Hapus
  4. kira-kira yang di rumah aku carikan madu mau gak ya

    BalasHapus
  5. yang di rumah sudah sering di Madurasah bu...jadi gak usah dicarikan madu lagi

    BalasHapus
  6. Bisa sampai seharmonis itu karena keadilan diterapkan ya Pak Narno ya. Tapi saya masih belum bisa setuju poligami yang dilakukan kebanyakan orang sekarang..

    BalasHapus
  7. betu sekali mas dan, intinya di keadilan , akan tetapi sulit dan berat untuk menjadi adil

    BalasHapus

 ZAITUN ( Zaman Akhir Ini Untuk Ngaji )   Salah satu fenomena yang cukup memprihatinkan pada zaman kita saat ini adalah rendahnya semangat d...