Ranking

Selasa, 27 November 2012

HAI PARA PEMBUJANG…..


HAI PARA PEMBUJANG…..

Hai para bujangan......, yang sudah gak bujangan ndak hai lagi........
Kali ini saya ingin sekali memberikan sedikit sentuhan semoga para pembujang mau membacanya, ok... silakan simak dulu yach.....

Alangkah indahnya gambaran hidup berkeluarga itu dibanding dengan hidup membujang. Membujang adalah suatu kehidupan yang kering, hidup yang tidak mempunyai makna dan tujuan. Suatu kehidupan yang hampa dari berbagai keutamaan insani yang pada umumnya ditegakkan atas dasar egoisme dan mementingkan diri  sendiri serta ingin terlepas dari semua tanggungjawab.

Orang yang membujang pada umumnya hanya hidup untuk dirinya sendiri. Ia tidak mau melibatkan kegiatan sosial untuk kepentingan masyarakat luas, lebih dari seperlu dirinya. Mereka membujang bersama hawa nafsu dan naluri mereka, sehingga kemurniaan semangat dan rohaninya menjadi keruh. Dalam hal ini Imam Al Ghozali melukiskan peran hawa nafsu tersebut sebagai berikut :

“Apabila  hawa nafsu itu berhasil menang dan sudah tidak mampu lagi ditundukkan oleh kekuatan takwa, maka ia akan menyeret pemiliknya kepada berbagai bentuk kekejian. Sedangkan jika hawa nafsu bisa dikendalikan dengan kekangan takwa maka ia akan berguna untuk menghentikan anggota badan pemiliknya dari hasutan nafsunya, menundukkan pandangan, dan memelihara farjinya. Adapun pemeliharaan hati dari was-was dan keraguan, ini tidak bisa diatur dibawah perintahnya, namun nafsunya selalu menarik dan membisikinya tentang berbagai masalah, termasuk tentang persetubuhan. Setan membisikinya dengan berbagai bisikan dalam berbagai waktu, kadang-kadang ia melakukan aksinya ketika korbannya dalam keadaan sholat. Terjadi dengan membayang-bayangkan semua hal, termasuk juga masalah persetubuhan, yang jika hal ini diungkapkan kepada orang yang paling hina di dunia, tentulah ia akan merasa malu, dan kelak Allah akan memperlihatkan potret hatinya itu.” (Ihya Ulumuddin, Abu Hamid Al- Ghozali, dalam kitab Adabun Nikah).

Kehidupan berkeluarga akan memberi kelegaan diri dan menimbulkan perasaaan senang, apalagi bila didampingi isteri yang senantiasa membantunya untuk lebih tekun beribadah dan isteri yang lebih menguatkan semangat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Al Imam Ghozali selanjutnya berkata: “Jiwa seorang itu cepat letih. Jika dihibur dengan kelezatan, maka lkeletihan yang datang menjadi hilang sehingga jiwa kembali kuat dan bersemangat. Dan dengan bersenang-senang bersama wanita, sering kali duka derita menjadi hilang serta membawa hati menjadi bahagia. Maka hendaknya jiwa orang muttaqin itu diberi hiburan yang halal. Karena itulah Allah berfirman :”liyas kuna ilaihaa, supaya ia merasa senang kepadanya ( Istri-istrinya) ( Al A’raf : 189).

Secara singkat bahwa membina keluarga itu sangat perlu, tidak terkecuali terhadap orang-orang yang sering melanggar aturan Allah, karena hal ini merupakan kesempatan baik baginya untuk bertobat dan menjadi orang shaleh.

Nah, jelaslah kini bahwa keengganan membina rumah tangga dan keengganan untuk merealisasikan cita-cita yang terkandung di dalamnya, seperti apa telah ditulis diatas, padahal ia mampu untuk melakukannya, maka jika dipandang dari pengikut sunnah Rasulullah SAW adalah sebagai perbuatan yang tidak baik. Seharusnya ia mengetahui bahwa kehidupan ini membutuhkan perjuangan dan pengorbanan, mendambakan persaudaraan dan gotong-royong, mencita-citakan kesucian dan kehormatan. Hidup bukanlah untuk bermalas-malasan, berhela-hela, atau memelihara sikap egois. Islam  tidak membenarkan ummatnya hidup ala rahib yang menyepi dalam biara, begitu pula sebaliknya hidup bergelimang dalam kerusakan.

Karena itulah Islam tidak menyetujui sikap orang yang tidak mau menikah dan malah mengancamnya dengan keras.

Begitu Rasulullah SAW mendapat laporan bahwa Ukkaf Ibnu Wada’ah Al Hilali tidak mau menikah, padahal ia mampu untuk melaksanakannya, maka Rasul menegurnya:
“Apakah engkau mempunyai isteri ? Ya, Ukkaf.
Dia menjawab :”Tidak....”
“Apakah engkau juga tidak mempunyai hamba sahaya?”
Dia menjawab: “Tidak....”
“Padahal engkau seorang yang sehat dan berada?!”
Dia menjawab: Ya, Alhamdulillah!’

Kalau begitu kamu ini adalah saudara setan. Kau boleh pilih apakah akan menjadi seorang rahib Nasharani atau seorang dari kami dengan mengikuti apa yang kami lakukan. Di antara sunnahku adalah menikah, dan orang yang paling jahat di antara kalian ialah orang yang hidup membujang, dan mayat yang paling hina di antara kalian adalah mayat bujangan. Celaka engkau, ya ‘Ukkaf! Menikahlah!

“ Ya ,Rasulullah. Aku tidak akan kawin kecuali dengan wanita yang engkau pilih, siapapun orangnya.”
“Aku telah kawinkan engkau atas nama Allah dan keberkahan yang mulia dengan Kaltsum Al Himyati.”

Rasulullah SAW tidak tanggung-tanggung dalam memberikan predikat buruk kepada para pembujang yang tidak kawin. Karena hidup membujang itu pada umumnya, dilengkapi dan bisa menimbulkan banyak penyimpangan serta bisa meremehkan nilai-nilai akhlaq yang dapat dipertahankan oleh orang-orang berkeluarga. Karena kecenderungan di atas, yaitu cenderung tidak mempunyai rasa tanggung jawab dan tidak mempunyai ketahanan melawan berbagai bujuk rayu, sehingga kejahatan lebih dekat kepada mereka dan setan akan lebih mudah menggelincirkan mereka.

Nah,..gimana sob ? mau komen ndak nih..?

10 komentar:

  1. ikut nyimak ya..

    Jika berkenan kunjung +follow balik ya..
    terimakasih

    BalasHapus
  2. ayoooo siapa yg masih membujang.... cepetan nikah lhoooooo

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya nii ayo cepetan mumpung masih banyak stok

      Hapus
  3. mas, sebenarnya kedudukan hamba sahaya dalam konteks ini apa ya? saya koq bingung ya soal ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. oh itu budak mas, dalam islam budak bisa diperlakukan seperti istri

      Hapus
  4. Meski bukan pembujang, saya menyempatkan diri membacanya, hehehe.... Benar sekali, semoga pembujang segera menikah. Sebab, dalam menikah, Rasulullah Saw. bukan menyarankan, tapi memerintahkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih mas Akhmad sudah sempat ngebaca tulisan ini, benar sekali menikah merupakan perintah dari Rasul bukan sekedar saran

      Hapus
  5. hayu yg bujang, eh aku bukan bu jangan...

    pa jangan hehe... eh...

    masya Allah, rosul saja berkata demikian apalagi Allah yang MAHA MENGATUR.

    BalasHapus
    Balasan
    1. meski bukan bujangan hayu tetap beri semangat pada yang masih bujang supaya segera menikah

      Hapus

 ZAITUN ( Zaman Akhir Ini Untuk Ngaji )   Salah satu fenomena yang cukup memprihatinkan pada zaman kita saat ini adalah rendahnya semangat d...